Hakikat dari Perkembangan Bahasa pada Anak Usia Dini

Hakikat dari Perkembangan Bahasa pada Anak Usia Dini


ditulis oleh Yovita Puspasari, Erita Febri Lestari, Moh. Fakhri Nuha

Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan seseorang dalam pergaulannya sehari-hari. Pada kamus besar bahasa Indonesia, bahasa diartikan sebagai sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerjasama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri. Bahasa juga diartikan sebagai percakapan atau perkataan yang baik.
Penggunaan bahasa menjadi efektif sejak seorang individu memerlukan berkomunikasi dengan orang lain. Sejalan dengan hal tersebut, Sunarto dan Hartono (2008:136) menyatakan bahwa sejak seorang bayi mulai berkomuniksai dengan orang lain, maka sejak itu pula bahasa diperlukan. Semakin bayi itu tumbuh dan berkembang serta mulai mampu memahami lingkungan, maka bahasa mulai berkembang dari tingkat yang sangat sederhana menuju ke bahasa yang kompleks.
Perkembangan bahasa pada anak usia dini adalah perubahan sistem lambang bunyi yang berpengaruh terhadap kemampuan berbicara anak usia dini. Melalui kemampuan berbicara, anak usia dini bisa mengidentifikasi dirinya, serta berinteraksi dan bekerja sama dengan orang lain. Menurut Wiyani (2014:97) setidaknya ada tiga fungsi bahasa bagi anak usia dini sebagai berikut.
1.        Bahasa merupakan alat untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan anak
Bahasa merupakan simbol yang digunakan oleh anak untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya. Hasil dari aktivitas berfikir anak akan diekspresikan dengan bahasa, dan berbagai perasaan yang melingkupi anak akan ditampilkan dengan kemampuan berbahasanya pula. Hal itu menegaskan jika aspek berbahasa pada anak usia dini juga berhubungan dengan aspek kognitif dan aspek emosi.

2.        Bahasa merupakan alat untuk menjalin komunikasi anak dengan orang lain
Sejak dilahirkan anak sudah bisa berkomunikasi dengan orang lain meskipun dengan bahasa yang sangat sederhana, yaitu berupa tangisan. Pada saat bayi merasa lapar, ia akan menangis agar ibunya menyusuinya. Pada saat bayi merasa takut atau tidak nyaman, ia juga akan menangis agar ibunya menggendongnya.
3.        Bahasa merupakan alat yang digunakan oleh anak untuk hidup bersama dengan orang lain di sekitarnya
Tidak ada seorang manusiapun yang bisa hidup sendirian. Selain sebagai makhluk individu, manusia merupakan makhluk sosial yang sering diistilahkan dengan makhluk mono-dualis. Seorang individu membutuhkan bantuan individu lainnya baik secara langsung maupun tidak langsung untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, demikian juga dengan seorang anak. Anak juga membutuhkan orang lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Untuk kepentingan tersebut, maka anak harus hidup bersama dengan orang lain di sekitarnya. Dalam kebersamaan tersebut anak menjalin kerjasama di mana sukses atau tidaknya kerjasama diantara mereka dipengaruhi oleh bahasa yang digunakannya. Tentu dapatlah dibayangkan apa yang akan terjadi jika seorang individu tidak pandai dalam berbahasa, khususnya dalam berbicara.
Menurut penelitian (dalam Wiyani, 2014:98) terdapat empat aspek bahasa yang harus dikuasai untuk dapat berkomunikasi dengan efektif, yaitu fonologi, semantik, sintaksis dan pragmatik. Fonologi merupakan pengetahuan mengenai sistem suara yang dipergunakan dalam bahasa dan merupakan aturan untuk mengkombinasikan suara-suara tersebut. Semantik adalah pemahaman tentang unit dasar bahasa (morfem) yang merepresentasikan arti kata dan arti kalimat. Sintaksis merupakan aturan untuk mengkombinasikan kata-kata menjadi frasa atau kalimat yang berarti. Sedangkan pragmatik merupakan prinsip bagaimana bahasa dipergunakan dalam situasi sosial yang berbeda-beda. Sebelum dapat berbicara umumnya seorang anak memiliki perilaku untuk mengeluarkan suara-suara yang bersifat sederhana lalu berkembang secara kompleks dan mengandung arti. Misalnya seorang anak menangis (crying), mendengkur (cooing), mengoceh (babling), lalu ia akan dapat menirukan berbagai kata yang didengar dari orang tua (lingkungannya) seperti kata mama, papa, makan, minum, dan sebagainya. Kemampuan mengeluarkan suara seperti menangis, mendengkur, mengoceh, meniru kata-kata sebelum anak dapat berbicara dengan jelas artinya disebut dengan pre-linguistic speech. Seiring dengan bertambahnya usia anak, kemampuan berbicara mereka akan berkembang. Untuk mengoptimalkan perkembangan bahasa tersebut maka diperlukan pemberian stimulas berupa pembelajaran bahasa bagi anak usia dini, terlebih lagi belajar bahasa yang sangat krusial terjadi sebelum anak berusia 6 tahun.
Perkembangan bahasa terbagi atas dua periode besar, yaitu Prelinguistik (0-1 tahun) dan linguistik (1-5 tahun). Mulai periode linguistik inilah anak-anak mulai mengucapkan kata-kata yang pertama (Sumantri dan Syaodih, 2007:2.30).

diposting 3syamsi
Comments
Silahkan, saya ga nggigit !